Tanpa Judul

Apr 11, 2012

Tanpa Judul


Alunan piano yang cantik nan muram menusuk pesona alam pikiran yang entah nantinya akan jadi apa. Kembali mengingat kisah yang dulu pernah ikut berputar dalam roda yang menari lingkar tak tentu arah.

Sayup-sayup terdengar padua suara serangga hutan. Sejuk. Namun, tak selamanya sejuk. Hutan senantiasa membawa muram. Siapa yang tahu kalau tiba-tiba kita tersesat dalam belantara hutan? Taring macam siap meluluhlantahkan tubuh. Burung gereja terbang liar mengelilingi belantara hutan. Aku ingin menjadi burung gereja agar bisa terbang bebas menyampaikan surat kebencian dengan segudang tanda tanya.

Nalar dan nurani saling tarik menarik. Yang nyata dan yang tidak nyata hanya berbatas sehelai kain hitam. Menjadi wadah warna warni ilusi yang terpancar dari mata yang berputar. Sekilas goyah. Raga lemas, menunggu terkapar. Semburkan darah dari balik mata yang tergenang air.

Ada seseorang yang mengintip dari balik kain hitam yang perlahan robek. Ia menggenggam tanganku. Menjalar dalam tubuh, bahkan kadang menggigit lincah. Ia berkata, "Jadilah bambu..". Namun sayang, aku adalah sebatang kayu yang menahan dengan kekokohannya. Dan sekarang aku tumbang.

Maka, aku tersenyum di balik nafs yang kelam.