Secuil Surat untuk Hujan

Feb 15, 2013

Secuil Surat untuk Hujan


Kau terus datang akhir-akhir ini. Suaramu merobek peluh yang menetes di keningku. Kau menggebrak semesta dengan nafasmu. Kau membunuh tanah dengan liurmu. Apakah kamu marah? Mungkinkah kau marah pada cacing-cacing yang menggeliat di sela-sela tanah?

Kau membuat setiap hembusan udara menghitam. Senyawa terasa kelam. Suara tawa pun terdengan bernada minor. Seperti fiksi minor yang kubuat untuk kekasihku, Sendu. Sendu yang sedang merasa sendu. Seperti mereka yang kehilangan rumah kardusnya karena terbawa arus air yang menggenangi seluruh kota tak berdosa.

Ini adalah tentangmu. Tentangmu yang sangat kucintai. Apakah aku salah jika aku mencintaimu?