Kubungkuskan Sekotak Senja Untuk Kekasih Gelapku

Aug 28, 2014

Kubungkuskan Sekotak Senja Untuk Kekasih Gelapku




Layung di ufuk barat tak tahu lagi harus bagaimana melihat tingkahnya bersama sang kekasih gelap. Kekasih gelap yang ia sembunyikan di balik rumput ranum. Rumput semakin ranum karena tersiram oleh peluh. Pasalnya, mereka sering bercinta di sana. Dalam senja. 

Gesekan kulit terasa semakin candu oleh efek pancaran matahari senja. Kaki-kaki telanjang saling menginjak tanpa sadar ada semut-semut kecil yang menggigitnya. Tanpa pun ada orang yang melihatnya. Para istri mungkin sedang sibuk menyiapkan makan malam dan para suami mungkin sedang menikmati kemacetan jalan selepas kerja. Karena mereka bercinta, dalam senja. 

Senja, adalah ketika yang terang bertransisi menuju yang gelap. Tidak bahagia, tidak juga suram. Tapi cantik, bukan? Menikmati segala yang tanggung. 

Kini, mungkin kekasih gelapnya hanya ingin hidup di siang hari. Selebihnya, ia hanya ingin mati. Tak ada lagi senja yang ranum. Ia harus kembali menikmati senja dengan musik-musik langit. "Akan kubungkuskan sekotak senja untuk kekasih gelapku, yang mungkin bisa dipajang di dinding kamarnya sebagai cerita" katanya dari balik senja yang perlahan menghilang.


Rawajati, 28 Agustus 2014


Maaf, judulnya memang terinspirasi atau ikut-ikutan Seno Gumira Ajidarma (Sepotong Senja Untuk Pacarku). Tapi yang ini hanya proses meracau.