Perempuan Surreal dan Pelaku Hal-Hal Yang Njelimet (Nawal El Saadawi - Love in The Kingdom of Oil)

Sep 23, 2014

Perempuan Surreal dan Pelaku Hal-Hal Yang Njelimet (Nawal El Saadawi - Love in The Kingdom of Oil)




Perempuan itu. Yang konon katanya bekerja di sebuah balai arkeologi, pergi cuti dengan meninggalkan selembar surat cuti. Alasannya : tidak diketahui dan dicari oleh suaminya, atasannya, dan polisi yang menangani. Lantas ia menghilang, berkelana dengan tempayan berisi minyak hitam. Pergi - datang - pergi - datang. Sesukanya. Sampai ia bertemu dengan gambaran lelaki buram yang membuatnya ia tidur terbalik telanjang. 

Sudahkah kalimat di atas terasa surealis? Ah, rasanya saya masih kurang canggih untuk bermain simbol dengan tanda tanya yang memenuhinya. Tapi begitulah Love in The Kingdom of Oil milik Nawal El Saadawi ini. Gambaran surealis dengan nada satir tampak mengisi setiap halamannya. Yang membuat saya cukup keblinger membacanya. 

Adalah si 'perempuan itu', tokoh utama dalam novel ini, yang selalu mengakhiri hubungannya bersama setiap lelaki dengan tempayan berisi minyak yang harus dibawanya di atas kepala. Yang mungkin saja, menurut interpretasi pribadi saya, menggambarkan budaya patriarki Arab, di mana hak-hak perempuan sangat dibatasi. Menjadi seorang arkeolog saja mendapatkan cibiran. Mungkin bagi Arab, ia dianggap sedang mengalami dilema moral. 

Adalah si 'lelaki itu', tokoh kedua yang mungkin banyak rupa. Yang menempeleng si 'perempuan itu' ketika 'perempuan itu' enggan memasak. Yang selalu menempelkan bagian bawah perutnya ke tubuh si 'perempuan itu'. Setelah puas, lantas ia tidur berbalik memunggungi si 'perempuan itu'. Dapur dan kasur. Istilah klasik yang seringkali diberikan kepada kaum perempuan.

Adalah 'Baginda Raja', yang mungkin menjadi tokoh ketiga. Yang bodoh dan tak bisa membaca, tapi sangat senang jika banyak media memberitakannya apalagi jika fotonya dipasang begitu besar. Juga sebagai seorang 'bos' yang membuat si 'perempuan itu' harus selalu mengangkut guci minyak dengan kepalanya dan badannya yang mungkin saja rapuh. Iya, bagaimana minyak begitu mendominasi di Arab Saudi.

Lalu, tokoh suami, atasan kerja, dan polisi. Yang kepalanya penuh teka-teki : apa yang terjadi para si 'perempuan itu'? 

Jujur saja, membuat review untuk buku ini rasanya agak menjelimet. Tapi ketahuilah, sederhana saja, apa yang ada di buku ini adalah apa yang Saadawi ungkapkan seperti biasanya. Menggambarkan budaya patriarki dan dominasi pria di Arab Saudi. Perempuan sebagai yang tindas. Ujung-ujungnya, akan ada jarak antara laki-laki dan perempuan. Ujung-ujungnya lagi, sedikitnya muncul perlawanan dari kaum perempuan. Mudahnya, begitu.

Sayangnya, untuk mendapatkan kesimpulan seperti itu dengan novel ini rasanya cukup sulit. Ditulis secara acak dan tak lazim. Dimana-mana ada metafora. Dan harus jujur lagi, gaya surealis yang sangat surealis ini membuat saya sedikit pusing membacanya. Kadang pun merasa lelah. 

Mungkin saja (dan ini sungguh baru mungkin), jika novel ini dijadikan sebuah karya visual mungkin akan lebih menarik. Perupa bisa bebas berimajinasi dan rasanya lebih pas jika dibandingkan dibuat sebuah novel dengan tebal 250 halaman. Pasalnya, Saadawi cukup sukses membuat simbol-simbol tersebut. Hanya saja penyajiannya mungkin agak njelimet


Rawajati, 23 September 2014

Soundtrack kali ini yang begitu random : Patti Smith - Smells Like Teen Spirit (Nirvana Cover) 
*** 
Mungkin seperti Saadawi, Patti Smith pun mencoba men-cover lagu ini jadi lebih njelimet tapi menarik untuk dirasakan.