Kamu, Yang Banyak Rupa

Oct 2, 2014

Kamu, Yang Banyak Rupa


Foto : Asri Wuni

Rawajati, 1 Oktober 2014

Kepada Yth,
Kamu Yang Banyak/Satu Rupa


Kepada Kamu Yang Banyak Rupa...

Tahukah kamu jika kamu memancing api untuk membara? Iya, api yang membara atas nama seorang pejuang yang (hampir) mati di tengah pertempuran. Kamu dorong aku untuk berani membakar istana milik juragan minyak, yang juga begitu kamu benci. Tapi kamu di mana? Adakah kamu di sampingku? Bahkan kamu hampir hilang dalam hari-hariku. Doronganmu nyata, wujudmu begitu sulit kutemukan. Jika pun bertemu, mungkin itu hanya satu kesempatan tak terduga yang sontak muncul di balik kejenuhan bernama rutinitas. Tapi, diam-diam aku membutuhkanmu, sayang...


Kepada Kamu Yang Banyak Rupa...

Tahukah kamu jika kamu memberiku gambaran akan diriku sendiri? Melihatmu, seperti melihat gambar dalam cermin yang dimana aku berdiri di depannya. Seseorang pernah berkata bahwa kita layaknya dua wujud yang tak bisa terpisahkan. Kembar siam, katanya. Aku menemukanku dalam dirimu. Namun, kamu seperti melayang, di awang-awang. Setiap kali aku mencoba menangkapmu, kamu selalu pintar berpindah tempat ke udara yang lain. Kapan aku bisa menangkapmu basah? Tapi, diam-diam aku memujamu, sayang...


Kepada Kamu Yang Banyak Rupa...

Tahukah kamu jika kamu seperti bapak peri yang menghidupkanku kembali? Kamu melawan Izrail yang sebelumnya sempat mengambil hidupku. Atau, bila tadinya aku hanyalah sebuah robot, kini aku menjadi manusia kembali. Lagi-lagi, itu karena kamu. Kamu memberikanku hidup dengan gula-gula manis yang selalu membumbui setiap gerak yang keluar dari mulut dan tubuhmu. Tapi, tampaknya kamu begitu bangga akan keberhasilanmu menghidupkanku kembali. Pongah! Lagi pun, ibu peri menunggumu di sana. Di suatu tempat yang diam-diam sering aku amati. Yang tanpa sadar membuatku jengah. Tapi, diam-diam aku menyukaimu, sayang...


Kepada Kamu Yang Banyak Rupa...

Tahukah kamu jika kamu seperti malaikat kecil dengan sayapnya yang berwarna kuning yang selalu membuatku tersenyum-senyum? Tingkahmu membuatku geli bukan kepayang. Terkadang, fase perbincangan antara kita membuatku mengeluarkan senyum simpul sedikit malu-malu. Ataupun hati yang berdebat-debar manis ketika sosokmu menghampiriku. Mungkin bagimu aku ini seperti perempuan kecil yang bisa digoda dengan setiap candamu yang (ini rahasiaku) membuat senyumku makin merekah. Ah, tapi godamu itu kadang kala menggantung di langit-langit rumah. Kamu tidak lantas loncat ke bawah untuk mendekapku. Tapi, aku diam-diam memerhatikanmu, sayang...


Aku melihatmu terus berputar, dari rupa yang satu ke rupa yang lainnya. Berputar dalam distorsi gerak yang menjadi bayang-bayang. Perlahan aku tahu, bahwa di balik gerak berputarmu, ada titik yang satu rupa. Ternyata kamu, kamu, kamu, dan kamu, adalah sama. Dan diam-diam, aku makin menyadari bahwa kamu adalah satu rupa.. Aku menyayangi yang satu rupa, untuk jadi satu pasang.


Current playlist :