Ribuan Pohon Emas, Ribuan Keributan
Banyak orang
rela berpanas-panas dan bermacet-macet di Jakarta. Kata orang, kota
metropolitan. Alasan klasiknya adalah perihal karir. Bahkan ada juga yang rela
atau mungkin terpaksa berkarir sebagai gelandangan karena ternyata impian emas
begitu sulit didapat karena alasan status sosial dari berbagai latar belakang
yang kurang mumpuni.
Nyatanya bus
jurusan Jakarta dari terminal Leuwi Panjang, Bandung akan selalu penuh di Senin
subuh. Ternyata mereka pun rindu kampung halaman dan juga keluarganya.
Rata-rata dari mereka turun di pusat-pusat perkantoran. Jakarta mungkin memang
menyimpan sejuta peluang.
Katanya, Jakarta
adalah kota yang sangat keras. Apa yang keras? Seperti besi? Tapi Jakarta tidak
cocok bagi mereka yang keras kepala yang dengan bangganya selalu mengagungkan idealisme.
Banyak cerita
yang saya dapat dari kota Jakarta. Salah satunya cerita dari salah seorang
pengamen jalanan. Mereka bercerita bahwa sesungguhnya penghasilan mengamen di
Jakarta lebih menggiurkan daripada di Bandung. “Di san amah enggak ada yang
ngasih receh dua ratusan. Minimal juga lima ratusan..”. Begitulah seorang kawan
bercerita. Bahkan Jakarta pun cukup menggiurkan bagi para pengamen yang menaruh
sebagian hidupnya di jalanan.
Namun tak ayal,
pada akhirnya mereka pun kembali ke Kota Bandung. Mungkin alasan utamanya
adalah kejenuhan atas hectic-nya sang Jakarta. Siapa yang tidak akan jenuh
dengan kemacetan atau semrawutnya lalu lintas dan jalanan yang harus dilewati
setiap harinya?
Perkembangan di
Jakarta memang sangat pesat. Termasuk salah satunya perkembangan penjualan
kendaraan bermotor, khususnya mobil. Bahkan pengadaan busway pun dirasa tidak
terlalu berpengaruh. Bagaimanapun, Jakarta akan tetap menjadi Jakarta. Si kota
emas dengan berjuta keributan. Keributan polusi udara, keributan klakson mobil,
keributan demonstrasi, dan keributan-keributan lainnya. Sampai keributan para
sosialita yang gemar merumpi di café-café papan atas dengan air mineral seharga
lima ribu rupiah atau lebih.
Begitulah..
Biarpun ditantang dengan berjuta keributan, tapi tetap menawarkan berjuta pohon
emas. Jakarta. Kota yang kusambangi hari kemarin.