Ribuan Pohon Emas, Ribuan Keributan

Dec 3, 2013

Ribuan Pohon Emas, Ribuan Keributan





Mungkin, salah satu alasannya adalah karena di sana banyak pohon emas bergelantungan. Sehingga tempat tersebut penuh dengan kerumunan orang. Mereka mencari impian akan emas. Atau juga mereka yang berkedok mencari pengalaman untuk berpetualang. Lantas, apakah impian akan emas itu benar nyata? Atau hanya sebuah mimpi yang imajiner?

Banyak orang rela berpanas-panas dan bermacet-macet di Jakarta. Kata orang, kota metropolitan. Alasan klasiknya adalah perihal karir. Bahkan ada juga yang rela atau mungkin terpaksa berkarir sebagai gelandangan karena ternyata impian emas begitu sulit didapat karena alasan status sosial dari berbagai latar belakang yang kurang mumpuni.

Nyatanya bus jurusan Jakarta dari terminal Leuwi Panjang, Bandung akan selalu penuh di Senin subuh. Ternyata mereka pun rindu kampung halaman dan juga keluarganya. Rata-rata dari mereka turun di pusat-pusat perkantoran. Jakarta mungkin memang menyimpan sejuta peluang.

Katanya, Jakarta adalah kota yang sangat keras. Apa yang keras? Seperti besi? Tapi Jakarta tidak cocok bagi mereka yang keras kepala yang dengan bangganya selalu mengagungkan idealisme.

Banyak cerita yang saya dapat dari kota Jakarta. Salah satunya cerita dari salah seorang pengamen jalanan. Mereka bercerita bahwa sesungguhnya penghasilan mengamen di Jakarta lebih menggiurkan daripada di Bandung. “Di san amah enggak ada yang ngasih receh dua ratusan. Minimal juga lima ratusan..”. Begitulah seorang kawan bercerita. Bahkan Jakarta pun cukup menggiurkan bagi para pengamen yang menaruh sebagian hidupnya di jalanan.

Namun tak ayal, pada akhirnya mereka pun kembali ke Kota Bandung. Mungkin alasan utamanya adalah kejenuhan atas hectic-nya sang Jakarta. Siapa yang tidak akan jenuh dengan kemacetan atau semrawutnya lalu lintas dan jalanan yang harus dilewati setiap harinya?

Perkembangan di Jakarta memang sangat pesat. Termasuk salah satunya perkembangan penjualan kendaraan bermotor, khususnya mobil. Bahkan pengadaan busway pun dirasa tidak terlalu berpengaruh. Bagaimanapun, Jakarta akan tetap menjadi Jakarta. Si kota emas dengan berjuta keributan. Keributan polusi udara, keributan klakson mobil, keributan demonstrasi, dan keributan-keributan lainnya. Sampai keributan para sosialita yang gemar merumpi di café-café papan atas dengan air mineral seharga lima ribu rupiah atau lebih.

Begitulah.. Biarpun ditantang dengan berjuta keributan, tapi tetap menawarkan berjuta pohon emas. Jakarta. Kota yang kusambangi hari kemarin.