Jambu Jinambu

Nov 28, 2011

Jambu Jinambu


Aku mencintaimu..
Aku mencintaimu..
Aku mencintaimu..

CAESAR mendekatkan mulutnya ke sepotong telinga di depannya, lalu berbisik, “Aku mencintaimu”. Sekali lagi Caesar berbisik, “Aku mencintaimu”, sambil melengkungkan tangannya ke tubuh di depannya yang tampak sedang tertidur lelap. Untuk terakhir kalinya Caesar berbisik, “Aku mencintaimu”, lalu menempelkan pipinya pada pipi kasar di depannya. Mereka tersungkur, mendengkur.

Ia merasakan dua kata yang dibisikkan ke telinganya. Kalimat itu berbunyi, Aku mencintaimu. Mendadak ia merasakan tubuhnya hangat karena getaran sebuah pelukan dari tangan kurus, dan sebelumnya ia sekali lagi mendengar bisikan, Aku mencintaimu. Lalu bisikan itu terdengar lagi, Aku mencintaimu. Hangat ia rasakan di pipinya yang kasar, ada pipi lain yang membelainya. Mereka tersungkur, mendengkur.

**********
SEBUAH gedung megah di pinggiran kota pun sudah hiruk pikuk dengan muda mudi yang berjalan kesana kemari. Mereka berkata, mereka datang ke tempat ini untuk menuntut ilmu. Tidakkah mereka menjadi manusia hipokrit semata? Ketika mereka datang penuh dengan brand-brand bergengsi yang menempel di tubuhnya sementara otak mereka tidak pun dipenuhi apa-apa. Atau tidakkah tujuan menuntut ilmu itu hanyalah alasan belaka kepada orang tua, karena sesungguhnya mereka datang ke tempat itu untuk mencari pacar, memadu kasih, atau mungkin sempat juga membolos dari jam belajar dengan alasan ini dan itu.

Semoga mereka benar-benar belajar. Belajar menjadi manusia sesungguhnya. Belajar memandang manusia lain tidak dengan sebelah mata. Tidak dengan memandang status sosial. Tidak dengan memandang brand yang dipakai. Ataupun dengan tidak memandang orang lain hanya karena orang lain itu mereka sebut sebagai orang yang menyimpang.


CAESAR berjalan sendiri di tengah penuhnya para mahasiswa yang saling bercengkrama berbicara atau mungkin mencemooh mahasiswa-mahasiswa lain yang selalu menjadi bahan olok-olok mereka. Caesar salah satunya. Si pintar yang selalu memakai kemeja panjang polos, tas yang menempel di punggung, dan celana panjang yang tidak mengecil di bagian bawah. Bukan karena kepintarannyalah ia dicemooh. Sudah tentu kepintarannya selalu dimanfaatkan oleh mereka-mereka si pencemooh. Namun, cemoohan itu datang bertubi-tubi karena seseorang yang dicintai Caesar. Namanya Elang. Mahasiswa fakultas sebelah, yang terkenal karena paras tampannya, diidolai oleh hampir setiap wanita yang memandangnya.

Caesar dan Elang. Caesar mencintai Elang. Namun, Caesar tak pernah tahu apa yang dirasakan Elang padanya. Ia hanya merasa Elang selalu baik padanya. Elang selalu melindunginya. Elang membenci mereka-mereka yang merasa paling hebat dan paling benar, seperti mereka yang selalu mencemooh Caesar. “Hey, Caesar! Bagaimana dengan tugas kelompok kita, mata kuliah reka bentuk media, harus dikumpulkan besok kan? Ah, sepertinya kami tidak bisa ikut mengerjakannya. Malam ini kami ada pesta. Tolonglah kamu kerjakan, ya. Jangan lupa tulis nama kami. Tenang saja, nanti Rimba siap kalau kamu ingin menyodominya”, teriak salah seorang di kerumunan mereka yang sedang bercengkrama berbicara mencemooh. Dan teriakan itu pun disusul dengan riuh tawa mereka yang bercengkrama berbicara mencemooh. Caesar hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ia tak sedikit pun bisa merasa senang karena bisa memamerkan namanya di tengah nama-nama mereka yang bercengkrama berbicara mencemooh.

Sodomi mereka bilang? Aku memang penyuka sesama jenis. Tapi bukan hanya sodomi yang aku cari, bangsat! Aku mencari cinta. Aku mencintainya. Lagipula apa salahnya dengan seorang homoseksual? Bukankah tokoh-tokoh besar dunia pun banyak yang mengaku sebagai seorang homoseksual? Kimitae Hiraoka yang biasa kita kenal dengan Yukio Mishima dengan novelnya yang mengguncang, Confession of A Mask, yang berkisah tentang seorang anak muda ‘gay’ yang terpaksa menggunakan topeng heteroseksual agar diterima di tengah masyarakat, adalah seorang gay sejati. Sejak kecil ia sudah ejakulasi ketika melihat gambar setengah telanjang Santo Sebastian. Jangan salah, pencipta teknologi komputer pertama, Alan Turring juga seorang gay. Dan sekarang kita begitu menikmati karyanya!


DARI kejauhan, Caesar memandangi sang kekasih hati dengan kedua matanya yang tertutupi kacamata bulat dan tebal. Ia merasa teduh setiap kali memandangnya. Elang memanglah lelaki tampan, siapapun pasti menginginkannya. Sama seperti Caesar yang juga begitu menginginkannya.

Seperti wanita-wanita yang begitu menggandrungi Elang, selalu tersipu ketika Elang menancapkan senyum manis kepada mereka. Begitu juga Caesar. Tak jarang ia tersipu dan sedikitnya salah tingkah ketika Elang menancapkan senyum padanya. Ditambah lagi, ketika suatu saat Elang pernah dengan gagahnya membela Caesar di depan teman-temannya yang dengan begitu hinanya mencemooh Caesar habis-habisan.


“HEY CAESAR, kemarilah kau!” teriak seseorang kepada Caesar sambil menggenggam satu kertas besar dengan gambar Rocco Siffredi, seorang bintang porno dengan badan tinggi besar, kulit mengkilat, lengkap dengan otot-otot yang begitu mencolok. Caesar menghampirinya. Namun, tiba-tiba saja dari belakang tubuhnya terasa dorongan yang begitu menjentakkan, sehingga kepalanya mendadak terjun maju ke depan, tepat ke arah foto si artis porno dengan penis berukuran 23 centimeter. Ia menciumnya. Ia mencium dada dalam foto itu. Cukup lama, setidaknya cukup untuk satu jepretan foto dengan gambar sensasional.

Blitz foto menyambar. Di dalam layar kamera, terdapat sebuah gambar seorang pria yang mencium dada seorang pria seksi dalam gambar. Semua tertawa riuh. Aula yang pengap karena penuhnya kerumunan orang yang akan mengikuti seminar mendadak terasa damai karena semua orang tertawa bahagia. Bahagia atas pencemoohan seseorang yang juga manusia.

Tak lama kemudian, dinding aula sudah dipenuhi oleh sebuah gambar berukuran besar. Gambar seorang pria yang mencium dada pria seksi dalam foto. Sinar proyektor sungguh membantu kegiatan mencemooh ini. Dan tawa semakin riuh, semakin hangat, dan semakin bahagia.

Dan, seperti biasanya seseorang yang diinjak-injak. Caesar hanya bisa diam, menundukkan kepalanya, menatap sepatu dan lantai. Ia terlalu lemah. Terlalu lemah untuk melawan.

BUGGG! Tiba-tiba terdengar suara pukulan keras yang menghantam sebuah wajah. Laki-laki itu terjatuh, tersungkur di lantai. Elang telah memukulnya. Memukul kepalanya, tepat di bagian otak. Otak yang sudah seharusnya diperbaiki, mungkin harus ditanam hati baru di otak itu. Sehingga ia bisa berpikir menggunakan perasaan.

“Anjing kau!”, maki Elang. Ia mematikan gambar yang ada di dalam komputer, gambar yang sebelumnya terpampang jelas di dinding aula. Ia pergi keluar ruangan. Sesaat ia melewati Caesar yang masih saja menunduk. Namun, ia hanya melewatinya, tanpa memberikan basa basi. Caesar pun menyempatkan diri untuk memandangnya. Tak lama, Caesar mengikutinya pergi keluar dari ruangan.


BUKU itu dibuka, lalu ditutup. Dibuka dan ditutup kembali. Tampaknya malam ini ia tak bisa tidur. Lagu-lagu sendu sudah diputarnya. Mulai dari Box Of Stones dari Benjamin Francis Leftwich hingga lagu bunuh diri ala Elliot Smith.

Namun, tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu dari luar. Ada seseorang yang berdiri di belakang pintu, meminta Caesar untuk membukakan pintu. Caesar beranjak, berjalan ke arah pintu, dan membukanya.

Elang, ia berdiri kaku di hadapan Caesar. Ia tersenyum. “Boleh aku masuk?”. Caesar membalas senyum, mempersilahkan Elang, tamu istimewanya untuk masuk.

Untuk beberapa lama, Elang dan Caesar hanya bisa berdiam diri di depan dua cangkir teh hangat yang menemani malam yang dipenuhi oleh suara rintikan air hujan. Hujan yang membuat tubuh Elang basah kuyup. Hujan yang membuat Elang harus bertelanjang dada untuk sementara waktu.

Sayup-sayup terdengar tikus dan tikus saling mencicit. Mungkin mereka bertengkar riuh. Sama seperti Caesar dan Elang yang baru saja terbawa arus emosi yang meledak-ledak sehingga mereka harus adu mulut sesaat pagi tadi. Adu mulut karena Caesar yang mendapati Elang bersama seorang perempuan cantik yang sedang dipeluknya. Pagi tadi, Caesar hanya sempat berkata, “Aku bukan mainanmu, Elang”. Caesar mengumandangkan suaranya dengan lantang, dari kejauhan, sehingga cukup banyak orang yang mendengar. Dan tentunya, kalimat lantang yang dikeluarkan Caesar lambat laun menjadi pergunjingan hari ini. Elang marah, ia menghampiri Caesar. Elang mengeluarkan segala caci maki. Caesar berlari. Ia pulang. Dan ia menangis.

“Apa yang kau gambar?” tanya Elang memulai perbincangan sambil tidak merubah pandangannya pada gambar kusut yang tertempel di dinding kamar Caesar. Gambar yang untuk pertama kalinya ia lihat menempel di kamar Caesar, karena sebelum-sebelumnya, selama Elang bulak-balik keluar kamar Caesar, ia tak pernah melihat ada satu pun gambar yang menempel di dinding kamar Caesar. Caesar masih diam. Caesar pun tak tahu apa yang ia gambar. Ia hanya menggambar dua orang pria yang saling bergandengan tangan, namun gambar itu ditimpa oleh coretan-coretan kusut. Seperti coretan-coretan yang terlempar di wajahnya, coretan-coretan hina yang menempel di wajahnya. Coretan-coretan hina yang diberikan orang-orang untuknya. Coretan-coretan hina yang membuatnya menjadi incaran cemoohan mereka kaum penindas. Coretan-coretan yang membuatnya dipandang jijik bagi sebagian orang. Ia tak habis pikir, mengapa ada coretan-coretan seperti itu dalam hidupnya. Padahal, ia hanya menjalankan apa yang ingin ia jalani. Ia hanya mengikuti kata hatinya. Salahkah, bila ia menolak untuk berhubungan dengan seorang perempuan, dan lebih memilih untuk mencintai seorang lelaki? Mengapa hanya dengan mencintai seseorang, ia harus rela menerima cemooh demi cemooh yang dilempar orang per orang? Apakah hati punya peraturan? Jika kita percaya pada kisah-kisah keNabian, perilaku homoseksual sudah ada sejak dulu, sejak jaman keNabi-an. Walaupun pada akhirnya kaum mereka habis tanpa sisa oleh murka Tuhan, tapi bagaimana pun mereka tetap pernah eksis. Lagipula, jika memang Tuhan membenci mereka para kaum homoseksual, mengapa Tuhan menciptakannya? Karena pengaruh dari setan yang menyamar menjadi seorang pria tampan, lalu menggoda seorang prajurit, dan mengajarinya seks lewat ‘pintu belakang’? Lalu mengapa Tuhan menciptakan setan untuk menggoda mereka, menggoda kita para manusia? Bukankah setan juga ciptaan Tuhan?

“Maafkan aku”, Elang memohon maafnya kepada Caesar. Caesar menjawabnya dengan diam. Elang menarik wajah Caesar. Elang memandangnya dalam. Tatapan seperti itulah yang selalu membuat Caesar salah tingkah. Elang mendekatkan wajahnya menuju wajah Caesar. Kedua kening saling bersentuhan. Kedua mata saling memandang. Kedua hidung saling menyentuh dan mendengus. Bibir pun tak mau kalah. Kedua bibir saling bersentuh kemudian saling melumat. Lumatan halus, yang diberikan oleh yang terkasih. Elang melingkarkan tangannya di leher Caesar. Pelukan halus, yang diberikan oleh yang terkasih. Caesar mengelus dada lelaki di depannya yang masih telanjang. Buaian halus, yang diberikan oleh yang terkasih.

“Mengapa kau menciumku, Caesar? Aku kan seorang lelaki, sama sepertimu.”

“Karena hatiku menyuruhku untuk menciummu. Karena hatiku menyuruhku untuk mencintaimu.”

“Mengapa kau mencintaiku, Caesar? Aku kan seorang lelaki juga, sama sepertimu.”

“Mungkin karena namaku Caesar. Kau ingat, kisah-kisah di jaman Romawi kuno? Di usianya yang ke-20, Julius Caesar berselingkuh dengan Raja Nicomedes dari Bitinia. Kau tahu, dulu orang-orang menganggap Julius Caesar sebagai pria yang diidamkan setiap wanita, dan wanita yang diidamkan setiap pria.”

Elang tertawa. Tertawa sambil membelai rambut dan punggung Caesar yang membelakanginya. Mungkin Elang senang mendengarnya.

“Apakah bagimu aku aneh? Biarpun baru-baru ini telah diadakan resolusi persamaan hak yang menyatakan bahwa setiap manusia berhak untuk memperoleh hak dan kebebasannya dalam diskriminasi apapun, termasuk salah satunya menyangkut orientasi seksual. Namun aku heran, mengapa aku tetap saja seakan-akan menjadi momok masyarakat? Hampir semua orang mencemoohku. Kau ingat kerusuhan Stone Wall yang terjadi bertahun-tahun yang lalu, ketika terjadi adu kekerasan antara polisi dengan kaum gay dan wanita transgender? Kerusuhan yang dianggap sebagai awal pergerakan perjuangan hak asasi gay di Amerika Serikat dan dunia. Aku menginginkan hal itu terjadi lagi saat ini. Aku ingin seperti mereka, mampu melawan mereka-mereka yang dengan kejamnya mencemoohku.”

“Itulah aturan sosial, sayang. Aku ingat, Plato pernah berkata bahwa homoseksualitas seperti halnya filsafat yang dipandang sebagai aib yang memalukan bagi kaum barbar di bawah pemerintahannya yang lalim. Sama sepertimu, mereka masih menganggap homoseksual adalah aib, perilaku yang sangat menyimpang sehingga menjadi momok masyarakat. Kita hidup dalam lingkaran budaya Timur. Jelas berbeda dengan yang terjadi di negara-negara lain. Seperti di Belanda misalnya, ketika perkawinan sesama jenis diperbolehkan. Namun, sikapmu yang melawan juga bukan merupakan suatu kesalahan. Seperti yang kau bilang, sudah ada hak-hak asasi manusia dalam memilih pasangan hidup. Lagipula, aku juga heran, padahal dengan adanya pasangan sesama jenis, kita membantu dunia mengurangi populasi yang terus berkembang tanpa kenal lelah. Jika menurut kabar, dan jika kau percaya teori konspirasi, bahwa orang-orang konspirasi akan melakukan pengurangan populasi dunia secara besar-besaran di tahun 2012, maka kita sudah melakukannya dari sekarang,” jawab Elang sembari meluarkan tawanya terbahak-bahak.

Elang tahu, ada dendam di balik hati Caesar. Dendam kepada orang-orang yang mencemoohnya, dan juga kepada orang tuanya yang dengan tegasnya tidak menerima seorang anak dengan penyimpangan orientasi seksual. Jangankan teman-teman di sekelilingnya, orang tuanya pun terkadang ikut mencemoohnya. Dan sekali lagi, Elang mencoba menenangkannya dengan membelai rambut Caesar yang sedikit basah oleh keringat.

“Elang, aku tak pernah bercinta denganmu.”

“Untuk apa? Kau mau?”

“Jika kau memang menyayangiku, berikan tubuhmu kepadaku. Tapi perlu kau tahu, bukan berarti aku hanya menginginkan tubuh dan kepuasan seks darimu. Tapi, aku ingin mencobanya. Mungkin kau sering bercinta dengan wanita-wanita, tapi aku tak pernah merasakannya sekalipun. Aku ingin memberikan perjakaku untukmu.”

“Hati-hati kau kalau berbicara. Jika kita bercinta, aku akan menjadikanmu sang Adipati yang kesakitan ketika lubang anusnya ditusuk oleh penis sang penari pria, Cebolang. Ia begitu penasaran, karena selama mereka bercinta, selalu lah Cebolang yang merelakan anusnya untuk ditusuk. Dan ia ingin tahu bagaimana rasanya ditusuk. Sama sepertimu, yang penasaran bagaimana rasanya bercinta, bercinta dengan pria. Dan aku akan menjadi Cebolang malam ini untukmu.”

Elang menarik tubuh Caesar membalik ke arahnya. Dengan cepat, Elang memagut bibir Caesar. Mereka saling memagut, saling menggigit, dan saling menjilat. Elang berusaha keras melepaskan kaus lusuh yang masih menempel di badan Caesar. Dan sekarang, dua tubuh bertelanjang dada saling bersentuhan di atas kasur kecil dengan kapuk yang berloncat-loncatan dari dalam kasur. Seperti dua paus abu-abu yang berenang bersama sambil menggosokkan perut mereka agar organ genital mereka tersentuh satu sama lain.

Elang dan Caesar terus saling memagut. Belaian demi belaian diberikan Caesar untuk lelaki pujaannya. Lelaki yang membuatnya salah tingkah. Lelaki yang membuatnya tersipu malu. Lelaki itu mencoba menurunkan celana pendek yang masih juga menempel di tubuh Caesar dan di tubuhnya. Lelaki itu membanting dan membalikkan tubuh Caesar. Caesar tidur telungkup di atas kasur. Terasa olehnya kulit liat dari lelaki yang dipujanya menempel di atas punggungnya. Terasa olehnya keringat membasahi tubuhnya dan tubuh lelaki yang dicintanya. Akhirnya, terasa juga olehnya rasa sakit ketika ada sesuatu yang memasuki dan menusuk lubang anusnya berulang-ulang.

Dengan sekuat tenaga, Elang terus mengulang-ngulang gerakannya. Ia terus mendorong tubuhnya. Ia mendengar lelaki yang disayanginya mengeram. Ia tahu lelaki itu mengeram kesakitan. Eraman itu semakin lama semakin liar. Dan ia pun tahu, eraman yang semakin liar itu pertanda bahwa lelaki yang dilindunginya itu sedang diliputi sakit yang bercampur dengan kenikmatan. Kenikmatan bercinta untuk pertama kali. Kenikmatan dalam membuang perjakanya. Kenikmatan orgasme untuk pertama kali. Kenikmatan orgasme bersama dengan seseorang yang dicintai. Seorang pria, yang adalah dirinya.

“Caesar, kau adalah endorphinku..”


ELANG mendengkur halus. Ia tampak tertidur lelap. Dari belakang Caesar mengamatinya. Elang memanglah sesosok pria yang begitu didambanya. Caesar merasakan kehangatan malam itu. Malam di mana ia menyerahkan segalanya kepada Elang, lelaki yang dicintanya.

“Aku mencintaimu,” Caesar berbisik di telinga Elang yang bergerak-gerak kecil. Caesar memeluk Elang dengan tangannya yang kurus, dan kembali berbisik, “Aku mencintaimu.” Caesar menempelkan pipinya pada Elang, sambil berbisik yang sama, “Aku mencintaimu..”.