Kerbau Pecut

May 18, 2011

Kerbau Pecut


Saya adalah kerbau pecut. Yang akan terjungkal ketika cambuk membelai punggungku.
Saya damba paras cantik dan punggung halus.
Saya bisa menggarap sawah dan ladang, dengan jentikan cambuk yang memerahkan punggung.
Kalau punggung berupa, mungkin sudah buruk rupa.
Sakit.
Namun, saya beruntung diberi sakit. Karena sakit, saraf-saraf di dalam tubuhku menjadi peka.
Saya bisa bergerak bebas, walaupun di dalamnya terbesit murka padamu, wahai Tuan Penyambuk..

Wahai Tuan Penyambuk..
Kau tahu? Yang kau cambuk bukan hanya saya, si kerbau pecut yang tolol. Tapi, burung-burung yang memunguti kutuku pun ikut kau cambuk. Tak hanya merah saja, tapi terbelah kepa hancur. Mana bisa mereka mencari kutu lagi?
Seperti bocah yang mengepalkan tangan ke atas di tengah kerumunan massa dengan otak yang kerdil, sehingga ia dipaksa tahu tentang kebijakan.

Ssstt.. Hei kalian yang sedang bergerilya di sana, maukah kalian menjadi kerbau pecut tolol seperti saya?


Asri Wuni Wulandari
Ozsa Erlangga
Kampung Seni Monju Bandung
170511