MUNGKIN PUISI

Showing posts with label MUNGKIN PUISI. Show all posts
Showing posts with label MUNGKIN PUISI. Show all posts

May 30, 2016

Nov 10, 2015

Ode Untuk Kata


Foto diambil dari indestructibleideas.com


Dia itu gadis binal. Ia cerdik untuk berintrik. Tatapan matanya terlalu tajam untuk dipandang dalam-dalam. Seringkali ia mengedipkan matanya, isyarat sebuah ajakan bermain.

Kamu tahu? Pelan-pelan ia sudah mengincarmu sejak vagina Ibumu belum mau mengeluarkanmu. Lantas, setelah kamu keluar dari dalam tubuh Ibumu, ia akan memaksamu untuk memahaminya. Katanya, ia adalah barang terpenting dalam hidupmu. Lalu dengan terbata-bata kamu pun perlahan memahaminya.

Ia akan terus tumbuh di dalam tubuhmu. Menjadi seorang gadis binal dengan peluru-peluru yang ia kumpulkan semasa hidupmu. Ia akan menjadi kekasihmu. Tanpanya, kamu kaku.

Berhati-hatilah dengannya. Ia adalah virus yang suatu waktu bisa saja membekukan darahmu. Membuatmu kejang-kejang. Membuatmu sesak nafas. Membuatmu rabun. Membuatmu kencing darah. Membuatmu disleksia.

Karea ia akan senantiasa membiarkan dirinya keluar dari mulutmu kapanpun kamu mau. Ketika kamu marah. Ketika kamu bersedih. Ketika kamu mabuk.

Dan terkadang, ia akan memintamu bertanggungjawab karena telah mengeluarkannya dari mulutmu. Ia adalah kekasih terbaik yang senantiasa menuntut.

Kata, kamu adalah cintaku. Tapi juga sekaligus musuhku.

Damn you, words!



Kalibata,
11 November 2012

Nov 5, 2015

PAKET CINTA UNTUK MONOKROM


Foto : Asri Wuni

Kamu itu monokrom. Adagio yang terkadang menjadi impulsif.
Menjabat tanganmu rasanya seperti terlanda taifun. Bergetar, tak terkontrol.
Matamu bicara dengan banyak bahasa. Memandang dunia dengan mata yang miring empat puluh lima derajat.
Bahasamu tak bisa ku mengerti. Kamu seperti membuang ludah yang telah kau ciptakan dari darah yang kau alirkan dengan deras.

Pernah sekali waktu kamu berjalan telanjang tanpa peduli sesiapapun yang memandangmu, memakimu, mengutukmu, meludahimu. Tidakkah kamu terganggu dengan deru bising itu?

Pernahkah semesta bertanya padamu apa yang kau inginkan?
Pernahkah  iblis bertanya padamu : 'hei adakah yang ingin kau hancurkan?'.
Pernahkah malaikat berkata padamu : 'sayang, tersenyumlah pada dunia'.

Bagimu, gelap sentak menjadi benderang. Dan benderang akan sentak menjadi gelap.
Kamu adalah pengagum cahaya layung di sore hari. Kamu berkata padaku bahwa layung selalu malu-malu menyambut petang. Kini aku bertanya padamu : itu rasa malu atau takut?



1. Bloc Party - Pioneers (M83 Remix)


"If it can be broke then it can be fixed. If it can be fused then it can be split. It's all under control.
If it can be lost then it can be won. If it can be touched then it can be turned. All you need is time"


2. Yndi Halda - We Flood Empty Lakes



3. Elliott Smith - 2.45 am




4. Emiliana Torrini - Wednesday's Child




5. Tango With Lions - In a Bar




6. Mogwai - I Know Who You Are But Who Am I




7. Portishead - Glory Box


Maka di akhir, sembari menunggu waktu, bercinta lah kamu sembari mendengarkan lagu ini.


all of this, just another ecstasy


Sekian dan terimakasih. 


Kalibata,
5 November 2015







Jan 6, 2015

Sisa Hujan Bulan Desember


From : www.thewallpapers.org


Tik.. Tik.. Tik.. Begitu katanya bunyi hujan di kala ia mulai turun. Siapa sangka bunyi itu bisa menggelegar buat suara kita jadi parau?
Jika ia semakin mengamuk, suaranya akan jadi BYARRR! Kepalaku lantas tertunduk dibuatnya. Ssstt.. Jangan bilang-bilang, aku malu pada hujan. 

Tik.. Tik.. Tik.. Begitu katanya bunyi hujan di kala ia mulai turun. Seperti suara protes yang parau dari mulut sang komandan. 
Jika ia semakin mengamuk, suaranya akan jadi BYARRR! Kututup wajahku mendengar protes parau itu. Ssstt.. Jangan bilang-bilang, aku malu padanya.

Tik.. Tik.. Tik.. Begitu katanya bunyi hujan di kala ia mulai turun. Seperti suara pekikan tawa para pasukan ketika burung-burung membawa kabar parau.
Jika ia semakin mengamuk, suaranya akan jadi BYARRR! Kututup telingaku mendengar pekikan tawa itu. Ssstt.. Jangan bilang-bilang, aku malu padanya.

Tik.. Tik.. Tik.. Begitu bunyi hujan di bulan Desember. Mengawali orkestra musik bernada minor. Mengantarkan diri pada sebundel cerita buram.
Dan perlahan-lahan, waktu berjalan.
Jika ia semakin mengamuk, suaranya akan jadi BYARRR! Kututup bukuku tentang hujan di bulan Desember. Ssstt.. Jangan bilang-bilang, aku malu pada hujan di bulan Desember.


Selamat datang, Januari!
Ssstt.. Diam-diam hujan tetap mengeluarkan gaungnya.
Hujan, jangan berisik! Sekarang kamu hanyalah hujan sisa bulan Desember!



Rawajati, 5 Januari 2014

Dec 3, 2013

Simbiosis Lendir


Sembelih aku dengan belatimu yang kau pakai kemarin untuk menusuk vagina seorang jalang yang habis kau tiduri. Lalu kau tusuk, dia puas.

Bukan hal yang tabu, ketika seorang perempuan mengharapkan lendir sperma untuk memuaskan birahinya yang memanas. Birahi, satu kata yang tak mudah untuk ditolak. Birahi, tak mengenal laki-laki ataupun perempuan.

Belatimu sangat indah, tampan.Tetap inda, biarpun aku tahu di dalamnya bersemayam bekas-bekas penjajahan sel telur yang berkedip nakal. Aku tahu, kau selalu dijajah. Kau selalu dituntut untuk satu kata, kepuasan. Gagahi mereka, puasi mereka.

Kemarilah, tampan.. Menarilah denganku. Kau tak perlu takut harus mengeluarkan seluruh energi tubuhmu. Karena malam ini, izinkanlah aku untuk menggagahimu. Akulah yang akan bekerja sebagai pelayan semalammu. Aku akan menggelinjang dalam keringat basahmu. Karena aku juga manusia. Manusia perempuan. Manusia berbirahi yang tak mengenal kelamin. Aku membutuhkanmu, tampan..

Feb 15, 2013

Secuil Surat untuk Hujan


Kau terus datang akhir-akhir ini. Suaramu merobek peluh yang menetes di keningku. Kau menggebrak semesta dengan nafasmu. Kau membunuh tanah dengan liurmu. Apakah kamu marah? Mungkinkah kau marah pada cacing-cacing yang menggeliat di sela-sela tanah?

Kau membuat setiap hembusan udara menghitam. Senyawa terasa kelam. Suara tawa pun terdengan bernada minor. Seperti fiksi minor yang kubuat untuk kekasihku, Sendu. Sendu yang sedang merasa sendu. Seperti mereka yang kehilangan rumah kardusnya karena terbawa arus air yang menggenangi seluruh kota tak berdosa.

Ini adalah tentangmu. Tentangmu yang sangat kucintai. Apakah aku salah jika aku mencintaimu?

Mar 7, 2012

Jiwa Itu, Mati


Semesta bergemuruh, tanah bergetar.
Terasa di kepala. Pecah! Hancur!
"Kacau!", dia bilang. Kacau seperti tanah yang diinjak. Tanah yang pudar, retak, sebentar lagi terbelah.

Mau dibawa kemana?
Tak ada susila. Tak ada adat. Tak ada malu-malu.
Semua pesta!
Tak perlu malu bilapun telanjang bulat.
Bersenang, tapi mati.

Anjing-anjing semakin menggonggong. ANJING!

Di mana letak halal?
Mungkin ada di dalam tanah merah bau busuk, tempat dimana orang-orang tak berjiwa bermimpi tentang masa lalu.

TAI! ANJING! BAJINGAN! BANGSAT!
Umpatan itu pun terasa manis.

Ada nyawa, tak ada jiwa.
Jiwa itu, mati.
Untuk apa dipertahankan bila tak berjiwa?

Air di ujung samudera melompat tinggi, mencoba mencakar merpati.
Dia gerah. Dia mengeram. Dia marah. Dia mengaung. Dia mengamuk.
Di keramaian sudah terlihat Messiah.
Bisa apa? Tidak ada.
Patung-patung tak berjiwa pun tinggal menunggu pedang patahkan tulang-tulang batunya.

Hancur kan? Terimalah!

Salah siapa?
Salah yang berjiwa yang terlena dalam gurun pasir. Seperti rumput goyang ikuti irama. Mata terpejam. Tak peduli sekeliling. Tak peduli kanan dan kiri. Hanya nikmat semilir angin yang dirasa.

Memang indah, tapi tak berjiwa.
Lepas semua jiwa.
Mati pun, pada akhirnya.

Oct 9, 2011

Teriak Si Nurani


"
Tubuh itu tak perlu dikendalikan. Begitu juga dengan jiwa, ia tak butuh sang pengendali.
Lepaskan jiwa dari tubuhmu. Bebaskan tubuhmu menari, menangis, mencaci. Jangan biarkan Herakleitos menemukan pembatas jiwamu.
Acuhkan moral-moral buatan mereka yang katanya "punya moral". Untuk apa ada moral jika energi tubuh pun meluap cuat karena jiwa yang sinting?
Kami bukan orang gila. Bukan pun orang yang melawan. Apalagi mencari eksistensi.
"

Sep 15, 2011

ANJING GILA


Dia bunuh diri.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Q@b9iL4+05aTkaNFIM*EhebAtNamUM@RLOPr=.!RcAcG?rL$JNkH54&ae0!~?k*Gb?|+giA"buH2^-pO=@nJ1n9
(RNRQ&^gka9&M%-m8k[)$#N&4QNMGS=*3NJHYT8_#&@nRKIA87LR*5jg'sf0nm&5ng=smf76Mdf-5*@Mp9=9!L4
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dimasukkannya penis hitamnya ke dalam lubang anjing.
Didorong-dorongnya tubuh tak berisi itu pada anjing.

Daging lehernya copot tergigit gigi taring anjing.
Bibir bawah dan atasnya dipisah oleh taring anjing.

Anjing gila itu bunuh diri.

Aug 21, 2011

YANG MENCARI


Siapa yang bisa menemukannya?
Yang lebih dekat dengan sesuatu pada dirimu sendiri jika hilang di tengah hutan
Ada banyak pohon kebebasan di sekitar
Dipanjatnya menjulang tak sampai kemana
Akhirnya terperosot licin dicengkram jatuh buyar jadi gila

Di gelap ada desah
Itu suara dirimu mengolah mimpi
Namun tak ada bentuk, dihilangkan pandangan sedari kau mengenal mata
Lalu siapa yang membutuhkannya?
Diraba kasar maupun halus, masih sedikit menipu
Di balik ada duri mengintip bagi yang dilihat layak oleh mata

Bentuk kebingungan yang membingungkan
Setiap mencoba menyelubung ketersembunyian
Dalam ketiadaan manakah dapat mendapati dirimu telanjang dan menggigil?

Dunia yang begitu angkuh
Seperti aku yang dikurung takut dan harapan
Kau beri diriku kepadaku
Lalu kau bisa membebaskan kemana saja yang dirasa
Namun kau menolak kuberi dirimu kepadamu

Tinggallah jika kau paham

Jul 13, 2011

Labirin


Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.
Aku melingkarkan badan. Bulat. Memanjang. Semakin membesar.

Jun 21, 2011

Tiket Masuk Pintu Kemanusiaan


"Hei lihat, ada sebuah pintu di sana, warnanya keemasan. Apa yang ada di baliknya?"

"Sesuatu yang menarik ada di balik pintu itu, nona. Saya jamin, nona tidak akan diperlakukan secara semena-mena di sana."

"Bisakah saya masuk ke sana?"

"Tentu saja bisa, nona. Namun, nona harus membeli tiketnya terlebih dahulu."

"Berapa harga tiketnya?"

"Ah hanya empat koma tujuh milyar saja, nona.."

Jun 9, 2011

Drama Elok Perempuan


Melajang jalang pada nafsu untuk menghidupi kesediaan dalam segala kebutuhan
Ada kebinatangan sampai tunduk, akhirnya menetes rupiah pada lendir jahat
Drama elok panggung maksiat. Menghibur yang pilu, menyemukan peliknya kehidupan
Menjadi realita kenikmatan bagi kaum kuasa

Perempuan purba yang menteteki kambing jantannya pun mengomel karena lumbung hinanya menguap dendam
Disuruhnya sinup kencur melahat semua lelaki yang dibelainya


Aku gagap dalam dunia hingar bingar
Aku merasa malu
Aku laki-laki namun bertangan halus


Dijabatnya engkau penuh duri bekas keramat

Siapa wanita? Seperti apakah perempuan?
Yang menjadi tanah meredam ganasnya hujan
Yang memeluk setiap langit erat dan hampaan kejiwanya
Tidak sepi matanya meski dirundung hinaan yang menderu

Jun 3, 2011

Telanjang Itu Tidak Gila, Kawan!


Dia berkata, "Aku malu bertelanjang bulat.."
Eh.. Masihkah ada malu?
Tak perlu malu bila pun telanjang bulat, sayang.

Lihat mereka!
Mereka pun tak bermalu. Mereka bertelanjang di sana.
Ada borok di pahanya. Ribuan belatung sepertinya nikmat di sana. Dadanya bagai dua gunung meletus. Ada lava bernama nanah bergelinciran di sana. Haha! Bahkan penisnya pun terkulai seperti daun busuk tak beraroma.

Mereka.. sebagai yang katanya 'orang bermoral'.
Mereka.. sebagai yang katanya 'orang hebat'
Mereka.. sebagai yang katanya 'kaum intelektual'

Mereka pun berani telanjang bulat. Semua keburukan, orang bisa melihat.
Pamer kelamin dengan bangga.

Jadi.. Telanjang itu tidak gila, kawan!

Pusara Pencarian


Aku pusara pencarian
Di sekeliling tirai batasan kami bernafsu lezat
Aku kesumat berbaur dendam
Benar-benar kurasa merobek resah ketika engkau mengabaikan

Sungguh, aku air mata gelora
Merangkul kematian sendu tembang temaran yang jatuh di pangkuan berwajah hitam muram
Melirik sekali, lenyap seketika
Setiap hari hanya pahit kesedihan
Aku remuk. Kau jatuh cinta lagi pada yang tak berwujud

Aku buta warna, buta aksara, buta bentuk dan rupa, buta peka, buta berseni, buta kencing, buta sakit pinggang, buta kantung kemis yang meledak, buta prostat, buta mengapa aku buta.

Bukankah aku sudah terkapar, masihkah kau memisteri?

Aku bukan Yahudi, aku bukan Nasrani, aku bukan Muslim, aku tak mau Atheis, bukan Agnostik, bukan Majesti, bukan pun tak menemukan siapa aku.

Aku ingin berpindah ke pencarian kematian, itu saja
Dan di sana aku hidup tidak sakit, tidak pula buta, dan tidak perlu lemas karena ginjal tak berfungsi

Mana jalan menuju ke sana?

May 24, 2011

Budaya Bermata Tanda Tanya


Nama saya Budaya,
yang lahir dan mati hari ini.

Nama saya Budaya,
yang menjadi wacana tanpa wacana di surat kabar.

Nama saya Budaya,
yang berbudaya suka-suka dan bergenerasi pongah.

Nama saya Budaya,
yang menjadi boneka di panggung komersil.

Nama saya Budaya,
yang berbudaya pontang-panting mencari sebongkah rupiah.

Nama saya Budaya,
yang terbuai dengan kemerdekaan sesaat.

Nama saya Budaya,
yang di mana ada uang, di situ 'aku budaya'.

Nama saya Budaya,
yang harus dilestarikan dan dibudayakan tanpa masa depan.



Nama saya Budaya,
yang masih bertanya-tanya apa arti nama saya, dan kemana saya akan dibawa.

Nama saya Budaya,
yang masih bermata tanda tanya.

Apr 23, 2011

Garuda Yang Pemalu


Ada Garuda berdiri kokoh di atas pilar-pilar di balik tangan besi. Kepalanya masih terus menghadap ke kanan. Namun, di depannya ada tirai menjuntal. Tirai yang mewakilkan sebuah kata, budaya.

Hei, kepalanya tertutup!

"Apakah kamu malu? Mengapa?"
"Aku malu karena tangan besi di balikku ini semakin bobrok. Ah, memalukan!"

Berhala Malam


Kamasutra adalah kitabku
Kelamin adalah Nabiku
Dewa Libido adalah Tuhanku

Serangan malam menggerayangi tubuh gagah perkasa. Merayapi tubuh yang terkapar psrah. Ini cinta atau nafsu semata?

Persetubuhan si jantan dan si betina koyakkan kasur lipat lusuh penuh debu seharga tujuh puluh lima ribu rupiah. Ada lendir sperma bercandu di sana.

Sedikit "ah.."
Sedikit "aw.."
Namun, lama-lama lelah. Sepertinya, si jantan lupa minum obat kuat.


"Selesailah.. Aku lelah."
"Baiklah.. Terimakasih, OM."

Mar 23, 2011

Semiotika Birahi


Aku adalah manusia bernafsu. Birahi jalangku keluar saat hawa panas menimpaku. Jiwaku penuh api birahi. Otakku memanas. Nafasku terengah hebat. Desahku merah. Tatapanku hitam jernih.

Ya.. Rasanya, siapapun ingin ku terkam kuat-kuat. Aku ingin menyetubuhi kamu, dia, dan mereka. Kalian, yang kirimkan aku sekumpulan ulat bulu untuk mengikis tubuhku. Kalian, yang menghadirkan laba-laba berpunggung merah untuk melumpuhkanku. Kalian, yang memanggil polisi untuk memenjarakanku.

Puasku jika sperma dan ovum itu berteriak muntah, menjadi sampah. Busuk, dibuang, jadi lemah.

Sudah tak ada lagi kekuatan, bukan? Haha! Lihatlah, belatung-belatung keluar dari dalam tanah. Menjulurkan lidahnya sambil menatap panas. Tergodakah kalian? Sepertinya belatung-belatung itu tergoda. Kalian siap dikebiri? Kurasa gerombolan belatung itu siap mengebiri.

Lalu, kapan aku orgasme? Aku akan sampai di puncak orgasme, ketika sampah-sampah itu menjadi tulang belulang yang rapuh. Yang tak mungkin bisa kuukir kembali. Tapi tenanglah, kawan! Tulang-tulangmu akan kusimpan di gudang rahasiaku. Akan kuukir nama-namamu. Menjadi saksi birahiku yang terpuaskan. Terimakasih atas pengorbananmu, kawan! Merelakan tubuh dan nyawamu, untuk "birahi"ku.

Selamat mati.